Selamat datang di Situs Ensiklopedia Ekonomi Islam

Prof. Musa Asy'arie : Filsafat Ekonomi Islam

EKISPEDIA.COM – Kebutuhan akan pemikir dengan membawa keunikan masih sangat terbuka lebar. Kemunculan itu tentu akan dapat meramaikan khazanah baru dalam suatu pengetahuan.

Prof. Musa Asy’arie, menurut saya bisa dikategorikan sebagai pemikir baru dalam bidan ekonomi Islam. Hal itu bisa kita mencari dan membaca buku berjudul filsafat ekonomi Islam. Dalam buku itu pembaca akan diperkenalkan dengan istilah tetralogi ekonomi Islam.

Sebelum menuju pada inti pemikiran, kiranya perlu kita sedikit mengetahui latar belakang beliau.

Prof. Musa, lahir 31 Desember 1951 di Desa Pekajangan, Pekalongan, Jawa Tengah. Terlahir dari pasangan bapak Ahyar dan Ibu Rohmi. Ia berasal dari keluarga yang biasa. Musa memulai pendidikan dari Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah di Ambukembang, Pekalongan tahun 1963. Setelah tamat, melanjutkan di SMP Muhammadiyah, Pekajangan.

Belum sampai tamat, Musa dipindahkan ke Pondok Termas, Pacitan, Jawa Timur hingga tamat tahun 1970. Kepindahan ini atas dasar pertimbangan dan keinginan keluarga untuk mendapat lingkungan yang baik. Setelah menamatkan di Pondok Tremas, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas dan memilih IAIN Sunan Kalijogo (sekang UIN) sebagai tempat mengasah intelektualitas. Anshoriy (Berjuang dari Pinggiran, 1995).

Sebab kecerdasanya, beliau berhasil lolos dan mendapat hadiah sebagai mahasiswa tamu di University of Iowa dan The University of chicago, serta kuliah “Islamic Philoshopy” dan reading on the Qur’an dari Prof. Fazlur Rahman, tamat tahun 1986. Melanjutkan program doktoral di Institute IAIN Walisongo 1985.

Perubahan pola pikir yang signifikan terlihat sejak ia melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta. Semasa menjadi mashasiswa, ia aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Pertemuan di organisasi inilah yang menjadikan gejolak pikiran dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu berbeda bertemu.

Kita mengetahui bahwa Musa memiliki bekal keagamaan yang cukup kuat yang diperoleh dari pondok di Tremas. Sedangkan, pemikiran-pemikiran barat ia peroleh dan geluti saat di kampus. Pertemuan antara Islam dan barat ini berhasil dielaborasi hingga menjadi pondasi befikir yang amat kokoh, sebab, keduanya saling kait-mengkaitkan.

Prof. Musa menyebarkan pemahaman dari hasil pengalaman, perenungan, kemudian ia tuangkan dalam sebuah karya-karya ilmiah. Dan, hal itu terbukti dari banyaknya tulisan Prof. Musa yang tersebar di beberapa jurnal, media cetak/online, dan makalah serta buku-buku. Kecintaan dan keberhasilan akan suatu ilmu pengetahuan ini akhirnya dibuktikan dengan banyaknya kepercayaan untuk menempati jabatan strategis pada sebuah lembaga formal maupu non-formal. Jabatan ini tidaklah remeh, melainkan sebagai puncak pimpinan lembaga.

Filsafat Ekonomi Islam

Latar belakang pengetahuan yang dipelajari oleh Prof. Musa ini sangat beragam. Sehingga beliau dikenal sebagai sorang filsuf, ekonom, dan budayawan. Hal ini terlihat dari sepak terjang yang diperlihatkan kepada publik. Dari beberapa karya, saya mengambil beberapa yang menurut saya patut dijadikan sebagai landasan berfikir untuk pendekatan dalam ekonomi Islam yang lain.

Dalam karya “filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam berfikir (2017)” dikatakan bahwa filsafat ini sempat menjadi sebuah perdebatan didunia Islam. Dikatakan bahwa filsafat ini menyesatkan dan ada juga sebagai jalan menemukan kebenaran. Prof. Musa, berhasil menjadikan filsafat sebagai sebuah metode berfikir rasionalistik, objektif, empirik.

Cara berfiikir ini, sebetulnya telah dipercontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang kemudian dijadikan sebagai tauladan bagi umat Islam di seluruh dunia hingga akhir ini. Filsafat ini membantu mengungkap hikmah-hikmah yang terkandung dalam Islam. Lebih khususnya lagi kepada disiplin ekonomi Islam.

Dalam karya Filsafat ekonomi Islam (2015) Prof. Musa memperkenalkan istilah teologi ekonomi Islam, kosmologi ekonomi islam, antropologi ekonomi islam atau biasa disingkat dengan trilogi ekonomi Islam. Menurutnya, bila membahas tentang ekonomi Islam tidak dapat dilepaskan dari 3 aspek tersebut, sebab, ekonomi Islam harus memperhatikan aspek-aspek lain.

Teologi ekonomi Islam, disini dijelaskan bahwa sebagai seorang yang menganut agama Islam, patut kiranya nafas utama yang ditujukan hanyalah kepada Allah SWT.

Kosmologi ekonomi Islam, mengajarkan sebagai manusia wajib memperhatikan atas keharmonisan alam semesta. Alam semesta merupakan modal yang diberikan Allah untuk dikelola secara baik, memperhitungakn hukum sebab-akibat bila alam dieksploitasi berlebihan.

Antropologi ekonomi Islam, lebih lanjut budaya manusia ini perlu diperhatikan untuk tidak termasuki oleh kebudayan yang buruk. Kebudayaan yang tidak baik akan menimbukan seuatu gejolak yang timbul secara brutal.

Dari karya-karya yang dihasilkan oleh Prof. Musa Asy’arie diatas, menunjukkan bahwa beliau memiliki kepedulian atas perkembangan dalam disiplin berfikir pada ekonomi Islam.

Pemikiran yang dihasilkan ini berhasil mewarnai dan memperkaya khasanah berfikir yang unik. Sehingga ekonomi islam ini akan berkembang lebih pesat.

Wallahu a’lam