Aksiologi Ekonomi Islam

Aksiologi Ekonomi Islam

EKIPEDIA.COM – Ilmu pengetahuan di era modern saat ini cenderung menuju kepada ketiadaan nilai dan moral. Para ilmuan seringkali tidak bisa memberikan nilai terhadap suatu ilmu. Akhirnya, ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan solusi bagi kehidupan manusia.

Manusia cenderung mementingkan dirinya sendiri. Ini semua dikarenakan ketiadaan nilai dalam diri dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam pemahaman ekonomi modern atau konvensional kita melihat bahwa sampai saat ini belum ada solusi yang tepat, efektif dan efisien untuk mengentaskan kemiskinan, ketidak adilan ataupun pengangguran, oleh karenanya para ilmuan muslim mulai membangkitkan kembali pemikiran-pemikiran Islam dan menjadikannya sebagai way of life serta dapat merumuskan solusi yang jitu dari nilai-nilai yang dikandung oleh Islam itu sendiri.

Maka dikemudian hari dikenalah Ilmu Ekonomi Islam yang bersumberkan wahyu Allah sebagai pemilik alam semesta.

Apa Itu Aksiologi?

Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksiologi bermakna kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, juga kajian tentang nilai khususnya etika. Sedangkan dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy aksiologi dalam arti sempit adalah value theori (teori nilai) yang berarti sebagai klasifikasi, terutama yang berkaitan dengan sesuatu yang baik atau seberapa baik sesuatu tersebut.

Sedangkan dalam arti luas adalah merujuk kepada era filsafat moral yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan teoritis tentang nilai dan kebaikan sesuatu. Sehingga, dapat kita ambil kesimpulan bahwa aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara tentang nilai dan kegunaan sesuatu.

Nilai-nilai dasar Ekonomi Islam

Anwar Abbas dalam bukunya berjudul Sistem Ekonomi Islam: Suatu Pendekatan Filsafat, Nilai-nilai Dasar dan Instrumental mengatakan orientasi dasar dari ilmu ekonomi (konvensional) adalah filsafat ilmu. Ini tentu akan berimplikasi berbeda antara agama satu dengan agama lainnya atau satu pandangan hidup dengan pandangan hidup lainnya. Karena kerangka referensi yang berbeda pula.

Dewasa ini, kajian mengenai filsafat ekonomi Islam sudah mulai ada peningkatan, tidak hanya dibahas dalam kampus-kampus yang notabene bernuansa Islami. Bahkan dikampus-kampus umum lainnya telah mulai aktif dibahas.

M. Umer Chapra (1995) dalam tulisannya Islamic and Economic Challenge mengatakan bahwa prinsip dasar dalam ekonomi Islam dibangun diatas tiga prinsip dasar, yaitu: tauhid, khilafah (dalam pengertian mengimplikasikan persaudaraan universal, sumber daya alam adalah amanah, gaya hidup sederhana dan kebebasan manusia) dan ‘Adl (keadilan).

Muhammad Chaudry (2012) dalam bukunya berjudul Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar mengatakan bahwa prinsip dasar dalam ekonomi Islam adalah: Allah yang menentukan benar dan salah, prinsip penggunaan yang pertengahan, kebebasan ekonomi dan prinsip keadilan.

Sedangkan menurut Adiwarman Karim (2017) dalam bukunya Ekonomi Mikro Islam mengatakan bahwa Islam dibangun atas lima nilai universal (melengkapi pernyataan M. Umer Chapra), yaitu: Tauhid, ‘Adl, Nubuwwah, Khilafah dan Ma’ad (Hasil), dengan rinciannya sebagai berikut:

  1. Tauhid (Keesaan Allah swt) Tauhid adalah adalah dasar agama Islam. Karena Allah adalah satu-satunya Rabb dan Ilah yang pantas disembah dan pencipta alam semesta. Maka Allah lah pemilik manusia dan semua sumber daya yang ada di dunia ini. Karena itu, manusia hanya menjalankan kewajibannya sebagai hamba semua yang dia miliki hanyalah amanah yang dititipkan sementara waktu sebagai sebuah ujian.
  2. ‘Adl (Keadilan) Adil adalah salah satu sifat Allah swt. Oleh karena itu, banyak ayat Al Quran yang memerintahkan manusia khususnya seorang muslim untuk bebruat adil. Manusia di muka bumi ini hanyalah sebagai seorang wakil atau khalifah Allah swt untuk memakmurkan dengan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya harus diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri, agar kemudian semua dapat memperoleh manfaat secara adil dan baik.
  3. Nubuwwah (Kenabian) Manusia, sebagai makhluk Allah swt, tidak dibiarkan hidup tanpa bimbingan dan arahan di dunia ini. Allah swt mengirim Nabi dan Rasul pada tiap ummat, agar mereka bisa mendapatkan petunjuk dan arahan bagaimana menjalani hidup dengan baik dan benar. Khususnya bagi umat Islam, Allah swt telah menjadikan Nabi Muhammad swt sebagai suri tauladan dalam segala aspek. Beliau saw memiliki sifat-sifat utama yang bisa menjadi role model yang bisa diteladani oleh umat islam khususnya dan umat manusia umumnya. Diantara sifat-sifat beliau, adalah: Siddiq (jujur), Amanah (tanggung jawab), Fathanah (bijaksana), dan Tabligh (Komunikatif).
  4. Khilafah dalam Al Quran, Allah swt menyatakan bahwa manusia adalah khalifatullah. Sebagai khalifah yang harus memakmurkan bumi. Karena itu, pada dasarnya semua manusia adalah pemimpin. Pemimpin yang kelak pasti akan diminta pertanggung jawaban.
  5. Ma’ad (Hasil) dunia adalah tempat menanam, dan hasilnya dipetik di akhirat. Karenanya, tujuan akhir seorang muslim adalah kehidupan akhirat, bukan kehidupan dunia yang fana. Seorang muslim yang melakukan ektifitas ekonomi, akan selalu membangun visi dan misi ekonominya sampai ke akhirat. Ada nila-nilai ukhrawi di setiap aktifitas ekonominya. Labanya tidak hanya laba dunia, tapi juga laba di akhirat.

Dari ketiga tokoh tersebut, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa nilai-nilai ekonomi islam berasal dari nilai-nilai Islam itu sendiri yang bersumber pada Al-quran dan Sunnah.

Jika kita sedikit berpikir kritis, tanpa kita memberi penilaian khusus pada ilmu ekonomi Islam, ia dengan sendirinya telah memiliki nilai yang bersumber pada nilai-nilai Islam sebagai wahyu ilahiyah. Berbeda jika kita bericara mengenai ekonomi konvensional yang (sengaja) dibebaskan dari nilai, karena tujuannya lebih dititik beratkan kepada bagaimana cara memenuhi keinginan manusia. seperti contoh: seorang pelaku ekonomi kapitalis hanya akan berusaha untuk memenuhi keinginannya tanpa peduli akan oran lain, dia tidak peduli dengan tetangganya yang (mungkin) sedang kelaparan atau sebagainya.

Lalu, Apa Manfaat Ekonomi Islam bagi Peradaban Umat Manusia?

Secara umum, permasalahan dalam ekonomi hanya pada bagaimana membagi sumber daya secara efisien dan tepat guna. Oleh karena itu, tiga pertanyaan mendasar tentang apa, bagaimana, dan untuk siapa produksi itu..??

Jawaban atas ketiga pertanyaan ini akan berbeda pula apabila worldview‘a berbeda.

Terkait dengan worldview maka ekonomi konvensional memandang ilmu sebagai suatu yang sekuler, yang hanya bertujuan pada kehidupan duniawi dan mengabaikan unsur Tuhan didalamnya. Sedangkan ekonomi Islam berakar pada nilai-nilai keislaman sebagai pandangan hidup dan tujuannya, tidak hanya memberi manfaat didunia namun juga diakhirat.

M. Umer Chapra (1995) dalam bukunya tersebut mengatakan bahwa ekonomi Islam berdasarkan konsep falah dan hayah thayyibah, yang sepenuhnya menekankan pada nilai persaudaraan (ukhuwah), sosio-ekonomi yang berkeadilan dan kepuasan yang seimbang antara kebutuhan materi dan spritual manusia.

Islam memandang bahwa manusia harus dijaga dalam lima hal (maqasid syariah): Agama, Hidup, Akal, Keturunan, dan Hartanya. Dengan demikian, apabila kita berbicara mengenai Ekonomi Islam, maka tidak terlepas dari lima aspek tersebut.

Wallahu a’lam

Founder Ekispedia.com

Alumni S2 Ekonomi Islam Universitas Airlangga, Surabaya

BACAAN LAINNYA: